SEATIZENS.id – Depresi merupakan gangguan mental yang serius dan memerlukan perhatian khusus. Di Indonesia, kondisi ini semakin banyak dialami oleh masyarakat, khususnya remaja.
Artikel ini membahas faktor penyebab, dampak, dan langkah-langkah dalam menangani depresi secara menyeluruh.
Tentang Gangguan Depresi
Gangguan depresi bukan sekadar perasaan sedih biasa, tetapi sebuah kondisi yang mendalam dan berlangsung lama, memengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya.
Depresi biasanya ditandai dengan perasaan murung, kehilangan minat, dan kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari selama lebih dari dua minggu berturut-turut.
Dengan dampak yang besar pada kehidupan pribadi, hubungan sosial, dan produktivitas, depresi memerlukan perhatian dan penanganan yang serius.
Statistik Depresi di Indonesia
Hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa prevalensi depresi di Indonesia telah mencapai 1,4%. Angka ini berarti sekitar 1 dari 100 orang di Indonesia mengalami depresi.
Survei ini mencakup lebih dari 345 ribu rumah tangga di seluruh Indonesia, meliputi 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota.
Temuan ini memberikan gambaran yang signifikan tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental di berbagai kalangan masyarakat, terutama remaja dan lansia.
Prevalensi Depresi Berdasarkan Usia
Depresi di Indonesia ditemukan paling banyak dialami oleh generasi Z atau usia 15-24 tahun, dengan prevalensi sebesar 2%.
Kelompok usia lainnya yang menunjukkan angka tinggi adalah lansia berusia 75 tahun ke atas, dengan angka 1,9%.
Kondisi ini diikuti oleh kelompok usia 65-74 tahun (1,6%) dan 25-34 tahun (1,3%). Ini menunjukkan bahwa depresi tidak hanya masalah usia muda, tetapi juga memengaruhi kelompok usia lanjut yang sering kali menghadapi tantangan kesehatan dan isolasi sosial.
BACA JUGA: Cara Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja
Depresi di Kalangan Generasi Z
Kelompok usia 15-24 tahun berada pada masa transisi penting dari masa anak-anak ke dewasa. Ini adalah periode di mana mereka berhadapan dengan berbagai tantangan, seperti tekanan akademis, pencarian identitas, dan permasalahan sosial.
Ketidakstabilan emosi di masa ini membuat mereka lebih rentan terhadap depresi, terutama jika tidak memiliki dukungan yang memadai dari keluarga atau lingkungan.
Gejala Depresi pada Remaja
Gejala depresi pada remaja sering kali tampak dari perubahan dalam perilaku sehari-hari. Remaja yang mengalami depresi cenderung kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disukai, menarik diri dari lingkungan sosial, dan lebih sering menyendiri.
Mereka mungkin juga mengalami gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan merasa cemas atau putus asa.
Dalam beberapa kasus, gejala ini dapat menjadi lebih serius dengan kecenderungan untuk berpikir atau bertindak negatif terhadap diri sendiri, termasuk keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
Tantangan Perawatan Depresi di Indonesia
Di Indonesia, meskipun masalah depresi semakin diakui, akses ke layanan kesehatan mental masih menjadi tantangan.
Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan mental, stigma sosial yang melekat pada gangguan mental, serta kurangnya pemahaman masyarakat sering kali menghambat penderita untuk mendapatkan perawatan.
Kemenkes dan lembaga terkait lainnya perlu memperluas akses serta edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.
Strategi Menghadapi Depresi pada Remaja
Mendukung remaja dalam menghadapi depresi memerlukan pendekatan yang hati-hati dan empati.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan lingkungan yang aman bagi remaja untuk berekspresi dan berbicara tentang perasaan mereka tanpa rasa takut dihakimi.
Edukasi tentang kesehatan mental di sekolah juga dapat membantu meningkatkan pemahaman remaja terhadap gejala depresi dan mendorong mereka untuk mencari bantuan lebih awal.
Peran Pemerintah dalam Menangani Depresi
Pemerintah Indonesia telah mengembangkan beberapa program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental, termasuk layanan konseling gratis dan kampanye publik tentang kesehatan mental.
Namun, upaya ini perlu terus ditingkatkan dengan memperluas akses layanan ke berbagai daerah, serta mengintegrasikan kesehatan mental ke dalam layanan kesehatan dasar di Puskesmas.
(Mars)